
Generasi X ditandai dengan peningkatan penggunaan dan keakraban dengan teknologi komunikasi, media, dan teknologi digital, internet.
Terasmedan – Saat masuk di ruang pameran Jogja Gallery penonton seperti masuk ke dalam mall yang sarat dengan aneka warna produk konsumsi terkini yang sik-asyik, sehingga merebut perhatian generasi milenial (generasi X) maupun generasi Y. Yang menarik, sebagian besar dari 49 pelukis pada pameran bertajuk Warta (24 Juli – 10 Agustus) ini mengadobsi bentuk-bentuk visual yang berkarakter produk animasi.
Tengoklah karya Nyokotan (1995) bertajuk Happy 3 Friends, atau karya Laksmana Ryo (1993) berjudul Puppet dengan eksplorasi bentuk tubuh tertentu (kepala, mata) secara spesifik (lebih besar) yang diramaikan dengan bentuk-bentuk imajinatif dalam warna-warna dasar. Karya mereka bak satu sekuel drama dalam film animasi Jepang.
Dalam narasi yang berbeda Andry “Boy” Kurniawan muncul lewat sekuel drama super-hero ala Jepang bertajuk Co Exists (2021) dengan bentuk animasi yang juga dominan. Atau karya Decki “Leos” Firmansah (1983) bertajuk Traffic Series vol 1 Mr. Content Creator (2021), berupa sosok sedang ngebut mengenderai moge sembari selfi dengan hand phone.
Narasi bentuk bercorak teknologi muncul pada karya Gatot Indra Jati (1980) berjudul Inforcetaiment (2021) berupa sejumlah sosok animasi dengan kepala bertutup helm yang berhiaskan leleran kabel menghadap ke satu perangkat elektronik di tengah berbagai hiasan boneka.

Sedang Iwan Suastika menggabungkan citraan teknologi masa kini pada seorang yang mengenakan helm astronot lengkap dengan pakaiannya sembari memegang tongkat dan ikan. Astronot ini duduk di atas perahu penuh ornamen mengarungi lingkungan alam yang bercorak surealis bersama figur-figur berkepala kuda dan ayam. Dunia luar angkasa dieksplorasi Agus Putu Suyadnya lewat karya lukis bertajuk Expedition#1 berupa citraan figur mengenakan pakaian astronot melayang di atas lanskap goresan kuas ekspresif dan impresif.
Pada karya Fajar Amali (1992) bertajuk Infinite Realm muncul sosok imajinatif dengan bentuk kepala yang memenuhi sebagian besar bidang kanvas penuh dengan ornamen dan simbol-simbol teknologi. Adapun karya Ipan Lasuang (1993) berjudul The Bund menampilkan dua figur utama bercorak bentuk animasi dalam balutan citraan permukaan kertas yang penuh bekas lekukan.
Di luar khasanah animasi buatan Jepang, tokoh super hero muncul pada karya Oky Rey Montha (1986) pada karya berjudul Enemy berupa figur mengenakan pakaian jas lengkap dengan kepala dan wajah berbalut masker ala Batman sedang duduk tekun membaca lembaran koran bertuliskan “Netizen”. Figur ini dikelilingi sosok lain termasuk Joker yang dikenal dalam film animasi. Pada lukisannya berjudul Wall of Mutant Oky menampilkan 25 potret tokoh antagonis. Atau karya Patek Sutrisno bertajuk Standing Here mengeksplorasi bentuk animasi legendaris Amerika, Mickey Mouse.

Satu-satunya karya lukis yang mengangkat simbol yang sangat populer pada masa pandemi COVID-19 yang sudah berlangsung selama setahun ini adalah karya Vendy Methodos bertajuk Magnung Opus berupa figur yang tertutup kain tirai dengan satu masker kesehatan, satu pisau dan dua serbet tergantung di dalam satu ruangan yang mirip kamar mandi. Di belakangnya ada cermin yang ditempeli potret figur bertuliskan: MAGNUM OPUS LAHIR DRI ANCAMAN, TEKANAN DAN DUKA YANG TERAMAT SANGAT!! Karya lukis bercorak animasi ini merupakan produk generasi milenial (1980-1990-an awal) yang juga disebut generasi X. Generasi ini ditandai dengan peningkatan penggunaan dan keakraban dengan teknologi komunikasi, media, dan teknologi digital, internet.#