Home Historia Narasi Abstrak Joko ‘Toying’ Widodo

Narasi Abstrak Joko ‘Toying’ Widodo

168
PATAPHYSICS, Acrilyc on Canvas, 80 x 210 Cm, Detil, 2022

By Raihul Fadjri

Terasmedan – Bagaimana jika lukisan berupa sapuan kuas dalam berbagai warna yang menghasilkan ekspresi non-representasional tapi berisi narasi bak karya representasional. Inilah yang terjadi ketika Joko ‘Toying’ Widodo berkisah tentang sesuatu dalam pamerannya bertajuk Material-Imaterial di G-Printmaking Art Studio, Yogyakarta, 29 Desember 2022 – 17 Januari 2023.

Joko Toying menorehkan kuasnya di atas kanvas dengan susunan brush stroke yang kuat dalam kombinasi warna-warna cerah dengan warna-warna cenderung gelap. Pada karya bertajuk Past (2022) misalnya, pelukis kelahiran Solo pada 1962 ini memenuhi kanvasnya dengan susunan sapuan kuas yang didominasi garis-garis horizontal dalam komposisi warna coklat tua , putih dan biru. Pola sapuan yang sama dalam warna berbeda– cenderung monokrom–juga tampak pada karya Black White (2022).

Sebaliknya Joko Toying mengeksplorasi sapuan kuas tebal secara vertikal dan horizontal pada karya bertajuk Kerucut (2021) yang membentuk pola mirip konstruksi. Sampai di sini Joko Toying masih sepenuhnya bertumpu pada ekspresi abstraknya yang penuh tenaga. “Menghilangkan unsur mimetik, bilamana objek tidak diperlukan,” tulis Joko Toying dalam konsep karyanya.

Tapi pada karya lain Joko Toying mulai bermain dengan menambahkan teks dan bahkan bentuk representasional untuk menyajikan narasi material berkelindan dengan immaterial. “Dalam seni saya menganggap sebagai elemen, baik fisik maupun non-fisik,” ujar pelukis yang pernah kuliah di jurusan seni rupa ISI Yogyakarta ini.

Dia menambahkan sederet teks tertulis pada karya abstraknya. Pada karya berjudul Cakra Waktu (2022) dia menambahkan teks di bagian bawah kanvas: “Di medan Kurusetra waktu aksa pedang yang bisa menebas”. Kurusetra adalah satu distrik di negara bagian Haryana, India Utara, yang di kalangan umat Hindu dikenal sebagai tempat berlangsungnya kisah Mahabarata, yaitu perang besar antara Kurawa dan Pandawa.

Pada karya berjudul Bulan Di Atas Air (2022), hamparan sapuan kuas dalam komposisi warna yang menghasilkan suasana puitis (hijau, kuning, abu-abu, coklat) muncul teks, Catatan: Kalau kepala membentur kepala apa jadinya?! “Aku melihat bulan di atas Air.”

Bahkan selain menambahkan teks tertulis pada hamparan goresan kuas bercorak abstrak dalam warna monokrom coklat pada kanvasnya, Joko Toying makin menguatkan narasinya dengan bentuk representasional pada karya berjudul Pataphysics (2022), berupa bentuk figur tergantung tali yang terikat di tutup kemasan makanan, dan bagian terbawah ada boneka bayi dalam posisi terjungkir. Di bagian paling atas kanvas ada bentuk senjata pistol dengan teks: “Satu ledakan diperlukan bilamana seni menjadi DEKADEN!!!”. Di sudut ruang pameran ada satu sketsa dari jalinan kawat berbentuk kepala dengan kedua tangan menutup wajah. Satu pernyataan yang menggelitik.